Kamuistirahat dulu sana di gubuk. ” perintah Ibu. “ Nanti sajalah Bu, saya istirahatnya bersama-sama saja sekalian makan siang dan sholat duhur.”. Beberapa jam kemudian terdengar suara Azan sudah di kumandangkan. Aku, Bapak ,dan Ibu Tani membersihkan diri berwudu di sungai yang tidak jauh dari gubuk.
ceritatentang diriku visitor. Free Counter. Senin, 17 Oktober 2011. Stats for Dynamic Views. Rumah panti jompo kasih sayang begitulah yang terpampang disebuah papan yang aku lihat ketika aku sampai tempat tujuan aku. Aku pun segera masuk dan bertanya kepada pemilik panti ini. Mengenai Saya. muhamad eza syah Lihat profil lengkapku
Tiaprumah punya cerita Senin, 16 Mei 2016. Entri pertama. Assalammualaikum Wr.Wb Ini adalah blog pertama saya dan entri pertama juga. Sebenarnya mungkin udah telat banget nulis-nulis blog. Apalagi sekarang jamannya Instagram, Path dan masih banyak lagi media sosial lainnya. Mengenai Saya. iwed inay Lihat profil lengkapku. Arsip Blog 2016 (1)
Sayaterus berakting tanpa jeda," kata Park Byung Eun. "Tetapi ini pertama kalinya saya mengerjakan sebuah drama untuk waktu yang lama." Menurut dia, saat proses penggarapan drama Korea itu memengarui kualitas dan kuantitas tidurnya. "Saya tertidur sekitar jam 1 pagi setelah menonton episode terakhir di televisi."
Akhirnyasaya menyelesaikan buku ini juga. Sebenarnya buku ini menuliskan tentang tema yang tentunya menarik untuk saya, rumah tangga, hubungan suami istri yang tidak hanya romansa, namun juga suka duka. Namun demikian, karena saya sudah membaca beberapa tulisan dari Fahd ini di Tumblrnya, saya jadi tidak terlalu excited membaca buku ini.
ImahBabaturan Warung Kopi Kampung di Kota. Ikuti Cerita Kami Apa itu Warung Kopi Imah Babaturan Warung kopi Imah Babaturan atau lebih sering disebut Warung Imah Babaturan adalah warung kopi kampung di kota yang berlokasi di Jalan Kebon Bibit No.3, Bandung. Imah Babaturan yang berasal dari bahasa Sunda yang artinya rumah teman, memang terinspirasi dari
Disaatsaya menjawab telepon tersebut, ternyata dia adalah seorang petugas asuransi yang menawarkan produk-produk asuransi. Secara jujur, saya tidak tahu apa-apa mengenai asuransi sehingga saya mengiyakan saja ketika gadis di telepon itu menawarkan diri untuk berkunjung ke rumah karena saat itu dia berada tidak jauh dari rumah saya dan dia
Ceritaini dimulai ketika saya merasa bosan di rumah sekitar tahun 2013, lebih detailnya hari rabu pukul 09.00 wib. Cerpen merupakan sebuah karangan yang berisi cerita suatu tokoh yang diceritakan secara singkat. Mengundang teman ke pesta dalam bahasa inggris ef blog. Contoh tugas karangan liburan sekolah liburan sekolah di rumah membantu ibu.
CeritaDetektif 15. Ada orang berjalan ditaman, dia melihat banyak orang ramai dan ribut. Dia kesana untuk melihat ada apa, lalu dia melihat seorang perempuan mati dibunuh. orang ini adalah detektif, kemudia ia memeriksa tas perempuan tersebut dan melihat KTP perempuan tersebut. Nama perempuan tersebut adalah Sutini & alamat rumah perempuan
Senomengaku sudah jarang bertemu Irjen Ferdy Sambo sejak warganya itu menjabat Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri. "Setelah jadi jenderal dan di Propam, tidak pernah lagi ketemu. Mungkin
mB56Wh. Saya punya beragam cerita tentang memiliki rumah. Sebenarnya pas masih single saya sudah memulai menyicil beli rumah dengan KPR bank Jatim, tapi itu atas nama ibu saya yang memanfaatkan uang Taperum beliau sebesar 2,5jt untuk jadi UM Perumahan Vila Gunung Buring di Malang. Bapak saya waktu itu, sekitar tahun 1996, sebenarnya menolak ide ibu saya untuk ambil KPR rumah, mengingat ibu saya sudah mau pensiun dan tabungan tanah bapak ibu sudah banyak di beberapa lokasi di Malang. Tapi saya ngotot maksa karena saya ingin punya rumah sendiri dan berjanji kalau saya yang akan membayar cicilannya mengingat saya punya gaji dari beberapa sumber. Walhasil diproseslah KPR Bank Jatim san saya hanya bertahan mencicil selama tahun saja coz saya lalu diterima di Kemenkeu, saya serahkan kembali rumah itu ke ibu saya untuk dilanjutkan KPR nya karena saya mau mulai hidup di Jakarta dari nol lagi, hanya berbekal semua tabungan saya selama kerja di Malang. Ikhlas saya bilang saya nggak usah digantiin coz memang itu rumah ibu saya juga; cuma minta didoain ibu supaya nanti bisa beli rumah sendiri lagi di Jakarta. So, saya akan lanjut cerita tentang rumah-rumah yang saya punyai semenjak kerja di Jkt beserta kisah susah-senang untuk dapatkan mereka. RUMAH PERTAMA Yang paling lucu adalah saya dapat info rumah di Vila Pamulang karena ditunjukin brosur sama sese cowok yang naksir saya kala itu, maksudnya dia pamer kalau sebentar lagi dia mau akad KPR. Lha saya dimodusin macam2 cara sama dia ngga pernah mempan ya, malah iseng saya tunjukkan brosur itu ke si Mas yang waktu itu masih jadi calon suami baru jadian belum dua bulan hihihii, dan nggak banyak yang tahu kalo saya sudah jadian coz kami beda kantor. Eladalah kok si Mas malah minat juga, trus ngajak lihat ke lokasi. Saat itu hanya bisa lihat tanah so luas nan becek bekas bukit yang dipapras rata. Entah karena bawaan masih baru jadian atau gimana, rasanya Pamulang itu nggak jauh dari Bintaro Jaya aja. Cuman dua kali naik angkot kok tau2 sudah sampai. Singkat kata kita sepakat beli itu rumah si Mas dengan UM kita kongsi berdua. Si Mas kuras tabungan dan jual semua simpanan emas dia, saya utang dulu sementara 1,1 jt ke teman sekamar si mba Yayuk, karena honor terjemahan saya kepending baru cair bulan depan dan cuma punya 300rb aja on hand. Mbak Yayuk marah2 waktu ditembung utang “Baru jadian udah mau utang2 beli rumah, kalo kalian putus trus gimana?” Saya santai aja bilang ya udah tinggal minta balikin duit saya lagi hihii, bandel juga yah. Meski marah2 gitu akhirnya diutangin juga 😀 makasih mbak, baiknya dirimuh mmuah. Jadilah rumah seharga 28 millions kalo beli cash kami dapatkan di tahun 1999, dengan cicilan kurleb 310rb sebulan selama 15 tahun gaji plus tkpkn waktu itu masih 400rb-an,kita janjian selang seling bulan gantian saya atau dia yang urusin cicilannya. Ini yang kadang jadi biang tukar padu ni bahasa Jawa ya kami kalo si Mas lupa apa pura2 lupa ya hahahaa pas jatuh giliran dia bayar cicilan. Oya saya menikah 7 bulan kemudian setelah akad rumah, jadi akad rumah dulu baru akad nikah kemudian 😀 D. Teman2 kantor yang tidak dekat dengan saya hanya melihat saya sebagai cewe matre yang mau married karena dibeliin rumah dulu sama si Mas sebenarnya ada factor X yang membuat kami baru bisa menikah setelah sembilan bulan kita kenalan, long story deh kalo diceritain. Orang2 pada nggak tahu perjuangan saya ngumpulin 1,3 juta masa itu buat bantu si Mas senilai 3x penghasilan bulanan masa itu untuk UM sangat tidak mudah. Belom lagi bergantian bayar cicilan itu nyiksa banget, karena biaya hidup di Jkt kan nggak murah. Untung saja waktu itu saya tinggal di rumah mess pegawai wanita di kompleks kampus, jadi ngga perlu biaya transport, so praktis sy cukup menyisakan uang utk biaya makan sebulan, no jajan nor shopping kecuali pas dapat project terjemahan dari kawan. Tahun 2000 bulan Juli kami menikah dalam keadaan pas2an, persis Pertamina di mulai dari nol coz semua tabungan habis buat rumah dan persiapan nikah. Yang bikin terharu itu suatu ketika, saya lupa bulan apa beberapa saat sebelum hari H menikah, si Mas ngembaliin uang bantuan UM saya, karena katanya dia sudah punya uang lagi. Lalu kata saya ya udah yuk kita beliin seserahan buat akad nikah saja yang itupun dia harus nombok lagi coz belanja saya banyak hihihii. Rumah pertama saya baru ditempati setahun kemudian setelah Faishal anak pertama kami lahir. Ketika baru menikah kami masih numpang mertua di Pondok Bambu sekitar dua bulan, lalu pindah kontrakan di Puri Endah dekat kantor Bintaro. Ngontrak di sana nggak lama sambil menyiapkan rumah Pamulang direnovasi agar lebih layak huni. Saat saya hamil 8 bulan, kami balik ke rumah Oma sd saya lahiran. Saya baru mau pindah ke Pamulang jika rumah sudah dipagar, dapur ready dan kamar nambah satu lagi buat ART nanti. Terkuras lagi tabungan kita. Oya namanya baru punya rumah, semua uang masuk selalu dihabiskan untuk mempercantik and mengisi rumah. Yang paling penting pagar rumah, toren air, pasang telpon sudah fixed. Ketika menempati rumah itu tahun 2001 seorang diri dengan bayi merah, baru merasakan kalau Pamulang itu bener2 jauh dari mana2. Itulah kali pertama kami ambil kredit motor Honda Legenda buat ngirit ongkos PP ke kantor. Capek juga punya rumah jauh, tapi Pamulang suasananya asik, asri, cocok buat istirahat. Tetangga kami baik2 semua, rata2 pasangan baru nikah seperti kami. Kami menempati rumah itu nggak sampai dua tahun coz saya melahirkan Shofi tahun 2003 dan merasa perlu tinggal dekat tempat kerja Bintaro agar bisa mengajar kembali buat nutup kebutuhan hidup yang ternyata suangat buanyak pas sudah nikah ya gaes. Tinggal dekat kantor enak buat bolak-balik ke rumah jika ada hal yang mendesak, coz saya suka cemas ninggal babies lama2. Kami kontrak di Pondok Safari Indah di Jurangmangu selama setahun saja, coz harus pindah ke Balikpapan mengikuti mutasi misua ke sana. Di Balikpapan tak lupa kita selalu ke BTN bayar cicilan rumah Pamulang setiap bulan sebelum tanggal 10. Ini juga paksu mesti sering saya ingetin untuk ke BTN, eh jadinya juga saya melulu yang bayar KPRnya, beliau cuma nganterin aja ke bank 😀 😀 . Untung cicilan sudah terasa ringan, nggak seperti awal baru beli rumah. Baru tahun 2004 itu lah kita kenal fasilitas auto debet Mandiri kita untuk bayar cicilan rekening paksu pastinya 😀 , legaa lepas dari rutinitas ngantri di bank. RUMAH KEDUA Rumah kedua dibeli ketika saya masih mengontrak di Puri Bintaro Hijau. Kami kembali dinas di Jkt sebagai fungsional widyaiswara setelah tahun tugas di Kaltim. Tidak mau kembali ke Pamulang karena kejauhan buat saya. Biarlah rumah itu tetap saya kontrakin murmer ke kenalan kami. Suatu ketika suami mengajak saya ke daerah Cipadu untuk melihat2 perumahan baru. Saya langsung suka rumah2 tipe minimalis di sana, cantik sekali. Dan harganya maak muahal ya… Tapi kata paksu nggak usah kuatir coz beliau sudah cukup tabungannya buat UM rumah. Duh, saya sampek terkejut karena ngga nyangka paksu tabungannya sudah lumayan, sedangkan saya blas ngga bisa nabung saking konsumptifnya etapi konsumtif buat keluarga sendiri gapapa keles… 😀 . Kami wawancara kredit di BRI Kramat, kelar dengan sukses. Dan kali ini gaji kami berdua sama2 kena potongan buat cicilan rumah alias cicilan joint income. Okelah gapapa yang penting bisa lekas pindah dari PBH yang Alhamdulillah ngasih kenangan buruk yaitu kebanjiran sampai dua kali. Kami menempati rumah NAC Cipadu ini tahun 2006 beberapa bulan setelah anak ketiga, mas Daffa, lahir. Tahun 2016 lalu rumah ini sudah lunas, Alhamdulillah balik lagi merasakan gaji dan tkpkn yang utuh tanpa potongan KPR, setiap hari berasa seperti horang kayah beneran hihihii…. Saya cinta tinggal di NAC ini karena lingkungannya yang aman dan asri, dan tetangga yang ngga rese. Sudah gitu dekat dengan kampus dan gampang juga dijangkau tranportasi umum, baik angkot, KRL, TJ apalagi Gojek dan Grab heheee. Rumah ini juga sudah kami renovasi untuk memindah dapur dan membuat kamar buat si sulung di atas, yang masa itu saja sudah habis 100an juta. Jadinya kamar mandi kami nambah dua lagi, jadi total ada 3 KM buat kami berenam yang suka ribut kalo pagi2 bersiap ke school dan kantor such a classic morning drama before school 😀 😀 RUMAH KETIGA Ngga ada angin ngga ada hujan tiba2 ibu mertua kakak ipar saya datang ke rumah, ceritanya nembung ke kami supaya rumah yang mereka huni daerah Pd Bambu Jaktim dibeli oleh kami. Pokoknya mereka sedang dalam emergency BU yang tidak bisa ditunda2. Saya dan misua sih heran aja jika kita dianggap mampu beli rumah mereka di Betung I yang harga pasarannya sudah jauh di atas 1M waktu itu. Saya sebenarnya keberatan sama paksu nih karena kita lagi berancang2 mau beli rumah yg lebih besar lagi di zona 4 NAC yang sayangnya ketika nego harga kami tidak sepakat dengan pengembang. Saya juga masih nabung untuk beli rumah di Malang, yang dekat dengan rumah ortu. Kata bu Alvin Notaris PPATK tetangga, kami disarankan untuk tidak beli rumah Betung I itu coz urusannya masih panjang. Tapi misua ingin menolong mereka jadilah kita buat beberapa kesepakatan misalnya harga kekeluargaan, tukar guling sama rumah DH2/27 itu, dan pembayaran yang bertahap 3x mengingat rumah itu belum bersertifikat. Jadilah kami bantuin kakak ipar kami. Sekarang masih menunggu janji mereka untuk selesaikan urusan sertifikat mengingat kami sudah bayar dua tahap. Pelunasan tahap tiga masih kami tahan karena melihat perkembangan urusan sama BPN kok masih woles aja, padahal ini sudah menginjak tahun kedua. Saya sih nggak terlalu suka daerah Pondok Bambu, lagi rumah itu sekitar 30m masuk gang, meski mobil sih sangat bisa masuk. Kakak ipar dan mertuanya juga masih kami biarkan menempati rumah itu biar rumah tetap terawat. Saya sih sudah ikhlasin uang tabungan saya masuk ke rumah itu, saya berharap suatu saat keponakan saya saja yang menggantikannya jika mereka masih ingin bertahan di situ. Rencana beli rumah di Malang gagal coz saat ada rumah di Jln. Kalimosodo VI Malang dijual murah, kami benar2 nggak ada uang sama sekali. Yah belum rejeki saya ngeman2 banget katanya kok pas banget kamu ngga ada uang saat ada yang jual cepat…ya naseeb bu, kalo ngga jodoh ya mau gimana lagi? RUMAH KEEMPAT Nah, ini rumah dengan kisah paling seru. Suatu ketika, pengembang kompleks NAC kami menawarkan rumah idaman kami dulu kita pernah nawar ke pengembang tapi gak dikasih, dan keduluan di DP-in sama orang lain. Ndilalah kok orangnya mundur krn ngga dpt kredit kalo gak salah, kita akhirnya dikasih pengembang harga 1,1M saja alias didiskon 300jt-an dari asalnya 1,4M, tapi syaratnya harus Desember 2016 sudah akad kredit. Wah ini harus diambil karena posisinya pas di hook dan ada tanah lebih kurleb 30. Bulan depan dengarnya tipe itu harganya jadi 1,6M.. And then kelabakan lah kita kumpul2in uang buat UM karena yang 300 jt sudah dipakai buat bayar tahap I rumah Pd. Betung. Akhirnya kita jual semua dinar dan LM, kita juga kuras2 tabungan punya saya malah sampai cuma nyisa 3 juta doang buat hidup sebulan…, hiks. Mobil Avansa kita leasing 65jt, saya utang adik saya 40 juta lagi, ibu saya nambahin 65 juta saya bilang ibu saya nanti pasti saya ganti meski ibu saya bilang cuma mau kasih aja, nggak ngutangin saya, dll pokoknya semua gotong royong supaya rumah itu dapat kebeli. Memang jika sudah ditakdirkan dapat rejeki rumah itu nggak akan lari ke mana. Saya sampai terharu ya memang bener kuasa Allah bener terbukti, kalau kita ikhlas menolong maka ditolong juga olehNya. Mungkin juga kelahiran anak ke-empat, adik Afia, tahun 2016 bawa banyak rejeki buat kami. Singkat cerita total habis kurleb 500jt lebih buat urusan awal rumah ini, akad kredit dengan Bank Muamalat lancar, sebulan kemudian saya sudah lunasin utang ke adik, dan tahun depannya saya dapat mengembalikan uang ibu saya. Paksu juga dalam hitungan bulan sudah lunasin hutangnya ke teman yang minjemin buat bayar pajak dan biaya notaris biaya yang lupa ngga kita hitung sebelumnya. Cicilan KPR seperti biasa kongsian joint suami-istri dimana paksu lebih gede sejuta dari cicilan saya hehehee….PNS gitu loh, kalo ngga punya cicilan itu hidup rasanya kurang prihatin hehehee, yes sebenarnya saya anggap ini untuk menabung ya karena saya sudah tobat ngga jadi orang konsumtif lagi… Prinsip paksu emang benar kok, kita itu bisa hidup lebih dari cukup meskipun 1/3 dari penghasilan kita diprioritaskan untuk ditabung atau dipakai untuk membayar cicilan rumah. Rumah baru ini sekarang sudah kami pasang pagar, makin terlihat wah nya menurut kami. Kami tidak menempati rumah ini meski sudah almost fully furnished dengan mindahin sebagian barang dari rumah lama di Blok A3. Misua masih pengin renov lagi buat nambah space di lantai 2 up above dapur. Rumah ini dipakai kalau ada acara2 arisan dan kumpul2 sama keluarga besar, atau kalau ada saudara2 yang mau menginap. Saya sendiri cuma sekali seminggu nengokin buat nyapu dan ngepel, atau kalau mau ngelembur kerjaan supaya nggak diganggu kiddos. Entah kapan mau pindahan ke situ, bingung barang rumah lama mau diapain coz udah numpuk segunung… Kalau ditanya teman, masih pengen lagi nambah rumah? Saya bilang tergantung nanti. Nanti kalo cicilan KPR rumah terakhir sudah lunas, nanti kalo anak2 ngga punya kebutuhan besar lainnya, nanti kita rencanakan nanti aja coz hidup ini mengalir saja buat saya, mengikuti apa yang digariskan Yang Kuasa. Yang jelas cita2 saya masih ingin punya rumah juga di Malang supaya dekat dengan keluarga besar saya, dan terutama dengan ibu bapak saya. 🙂 🙂 . Ada satu lagi cita2 saya dan paksu yaitu bikin sekolah buat mengabdikan ilmu kami sama pemberdayaan keluarga dan masyarakat, for charity purpose of course, semoga suatu saat dapat kami wujudkan, aamiin. Catatan 28 April 2021 Sekarang kami sudah tinggal di rumah keempat kami, pindahan awal 2019. Pindahan rumah adalah proses yang super duper melelahkan, bolak balik nggak sudah2, padahal banyak barang2 yang kami buang atau sumbangin ke yang berminat. Baru nyadar kalau we’re such a hoarder numpukin barang yang akhirnya kami sendiri bahkan lupa untuk memakainya. Rumah di blok belakang kami kontrakkan, alhamdulillah jadi sumber passive income kami hingga saat ini. Makin betah di rumah baru karena space yang lebih luas dari rumah belakang. Kami ngga nambah furniture, biar rumah terasa plong. Kendala cuma 1 saja, kami sudah nggak pakai pembantu lagi semenjak habis lebaran 2019 coz si Teteh get married. Yo wis lah, baru kali itu setelah 19 thn menikah kita ngga pakai ART sd sekarang, anak2 saya mau ngga mau kita kasih kewajiban bantu2 kerjaan rumah. Kebayang lah ribetnya merawat rumah, mana anak2 suka ngeberantakin habis dipakai PJJ atau main. Anyway, just enjoy the chores aja, kalau sempat saya beresin kalau lagi males ya kita nikmatin saja suasana kapal pecah di rumah bersama-sama, hehehee.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. "Banjir, banjir! Mama Dina, Papa Roy, banjir!"Banyak orang berteriak, lalu disusul suara benda-benda dipukul untuk dapat membangunkan banyak orang. Bahkan, tidak ketinggalan anak-anak dan bayi turut terbangun dan tentunya saat saya masih tinggal di kampung kelahiran saya. Walaupun, daerah saya sebenarnya berada di dataran lebih tinggi dari daratan pesisir, tapi banjir bisa adalah di dekat rumah ada sungai. Sungainya masih alami yang tidak dibangun seperti bendungan-ada temboknya. Itu yang membuat volume airnya mudah naik dan "tumpah", karena tidak ada penghalangnya. Kalau curah hujan tinggi sudah pasti banjir akan terjadi. Entah, "cuma" setumit kaki orang dewasa atau bisa selutut. Jika memang sampai selutut, rumah pun bisa tergenang. Lalu, bagaimana cara menyiasati agar tidak banjir?Rumah saya akhirnya terdapat tambahan 'tembok' di pintu belakang. Kebetulan rumah saya bentuknya L terbalik. Bagian ujung bawah kaki L adalah beranda rumah. Sedangkan, bagian atas kepala L adalah rumah belakang yang berisi dapur memasak dan kamar mandi. Hanya sekadar contoh. Jelas rumah orang tua saya dekade 90-an tidak sebagus ini. Gambar Di luar depan pintu tepat ada sumur yang dibuat berdasarkan ide ibu saya. Awalnya warga sekitar sangsi akan ada sumber air di situ. Akhirnya, bapak dan ibu serta ada tetangga yang lebih kenal dengan ibu saya membantu benar. Sumber air ditemukan dan sumur pun dibangun. Sejak itu, sumur itu bisa dikatakan adalah peninggalan ibu saya untuk kampung itu, walau entah sekarang masih ada atau tidak. Satu hal menarik lainnya, bagian belakang rumah saya justru berada di tengah perkampungan. Maka, tidak heran jika saya lebih sering berjumpa dengan mama-mama dari pintu rumah belakang yang dibangun 'tembok' saya waktu itu masih kecil, jelas saya tidak bisa leluasa melangkah melewati tembok itu. Tetapi, menurut saya cara itu cukup ampuh untuk menangkal banjir, walau sebenarnya air sungai juga bisa masuk lewat saluran pembuangan limbah saya, saluran pembuangan limbah dapur belum seperti di rumah yang ada di Jawa rumah lama yang sudah ada terowongan dan langsung menuju selokan yang juga sudah bertembok. Itulah kenapa walau sudah ada penangkal di pintu, terkadang bagian dapur masih bisa sedikit tergenang. 1 2 3 4 Lihat Nature Selengkapnya